UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Pura Samuan Tiga: Menguak Sejarah Asal Muasal Khayangan Jagat dan Berdirinya Desa Adat di Bali

Pura Samuan Tiga: Menguak Sejarah Asal Muasal Khayangan Jagat dan Berdirinya Desa Adat di Bali
Di setiap sudut Bali, kehadiran Pura Khayangan Jagat menjadi penanda kuat akan keberadaan spiritualitas dan kepercayaan yang mendalam. Sebagai cerminan dari kekayaan budaya dan keberagaman agama Hindu, setiap pura memiliki sejarah dan makna tersendiri. Pura Samuan Tiga menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan spiritual dan budaya Bali. Dipercaya sebagai titik awal dari terbentuknya konsep Pura Tri Khayangan Tiga dan bahkan sebagai pangkal mula desa pakraman.
Pura Samuan Tiga
Nama Samuan Tiga sendiri mengandung makna mendalam, mencerminkan konsep pertemuan dan kesatuan dalam tiga kuil utama yang menjadi pusat kegiatan spiritual dalam kompleks pura ini. Dalam keindahannya, Pura Samuan Tiga mempersembahkan penghormatan kepada Tri Murti yaitu tiga dewa utama, Brahma, Wisnu, dan Siwa. Dengan demikian, mari kita selami lebih dalam ke dalam keindahan dan makna yang terkandung di balik Pura Samuan Tiga, sebuah tempat suci yang menjadi warisan berharga bagi masyarakat Bali.

Sejarah Pura Samuan Tiga

Sejarah Pura Samuan Tiga
Pura Samuan Tiga memiliki akar sejarah yang dalam, dimulai dari masa ketika banyak sekte dan aliran kepercayaan berkembang di Bali. Pura ini menjadi tempat penting bagi para pemimpin sekte untuk bertemu dan menyelasaikan permasalahan yang ada.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Mpu Kuturan, dan melibatkan sembilan pemimpin sekte dengan konsep pemujaan ortodoks, yang memuja alam seperti pohon, batu, dan angin besar. Di Pura Gunung Goak, yang merupakan nama awal Pura Samuan Tiga, pertemuan tersebut menghasilkan keputusan yang positif yang menyatukan berbagai sekte.

Mpu Kuturan kemudian mengusulkan pembangunan Pura Kahyangan Tiga dengan konsep desa pakraman di Bali. Nama "Kahyangan Tiga" berasal dari kata "Kahyangan" yang berarti tempat suci dan "Tiga" yang merujuk pada tiga tempat suci utama.
Arca di pura samuan tiga
Pura Kahyangan Tiga terdiri dari tiga tempat suci yang mewakili konsep Trimurti, yaitu Dewa Brahma (Pura Desa), Dewa Wisnu (Pura Puseh), dan Dewa Siwa (Pura Dalem). Sejak itu, desa pakraman atau desa adat mulai eksis dengan Pura Kahyangan Tiga sebagai simbol persatuan masyarakat Bali.

Seiring berjalannya waktu, Pura Gunung Goak resmi berubah nama menjadi Pura Samuan Tiga, mengingat perannya sebagai tempat pertemuan yang menjadi cikal bakal persatuan Bali dan mengenang peristiwa penting pertemuan antara sembilan sekte yang ada.

Struktur Bangunan Pura

Struktur Bangunan Pura Samuan Tiga
Struktur Pura Samuan Tiga mencerminkan konsepsi filosofis yang dalam Hinduisme, memandang dunia sebagai susunan berlapis-lapis yang disebut loka dan tala. Sebagai replikasi dari makrokosmos, pura dibagi menjadi beberapa halaman sebagai simbolik dari loka dan tala tersebut. Misalnya, Pura Samuan Tiga memiliki tujuh halaman atau mandala yang tersusun dari jaba ke jeroan, masing-masing dengan tingkat ketinggian yang semakin meninggi.

Di setiap mandala, terdapat berbagai bangunan seperti pelinggih, bangunan pelengkap, dan penunjang. Pemisahan antar halaman ditandai dengan adanya tembok pembatas atau tembok penyengker, kori agung, dan candi bentar sebagai penghubungnya.

Selain pembagian secara horisontal, penempatan halaman juga memperhatikan perbedaan ketinggian tempat. Dalam keyakinan Hindu, semakin tinggi suatu tempat, semakin suci pula tingkat kesuciannya. Oleh karena itu, tata letak masing-masing halaman yang dibatasi dengan tembok penyengker menunjukkan perbedaan ketinggian.
Gapura pura samuan tiga
Pura Samuan Tiga memiliki struktur yang terkait erat dengan keberadaan pura-pura lain di sekitarnya, seperti Pura Bukit, Pura Celanggu, Pura Batan Jeruk/Margibuung, Pura Santrian, Pura Pasar Agung dan Melanting, Pura Dalem Puri, Pura Geduh, dan Tegal Penangsaran.

Melalui struktur yang kompleks dan simbolis ini, Pura Samuan Tiga tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat spiritual dan kultural yang penting bagi masyarakat Bali. Keberadaannya sebagai bagian integral dari kompleks pura di sekitarnya menegaskan perannya dalam memelihara tradisi dan kepercayaan Hindu di pulau ini.

Lokasi Pura Samuan Tiga

Lokasi pura samuan tiga
Lokasi Pura Samuan Tiga tidak hanya mudah dicapai dari berbagai arah, tetapi juga menawarkan pesona alami yang memikat. Terletak di bagian timur laut Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, pura ini dapat dijangkau melalui jalan aspal yang melintasi di depan pintu gerbang pura. Letaknya strategis, kurang lebih 400 meter sebelah timur Pura Goa Gajah yang kini menjadi salah satu destinasi wisata utama di Bali.

Jarak dari Denpasar sekitar 25 km, sementara dari kota Gianyar atau Ubud hanya beberapa kilometer saja. Sehingga, bagi para wisatawan yang datang dari kota-kota tersebut, perjalanan menuju Pura Samuan Tiga terasa sangat nyaman dan tidak memakan waktu lama.

Saat tiba di sekitar pura, pengunjung akan disambut dengan lingkungan yang masih memancarkan suasana alami. Di depan pura, terdapat bangunan Mandala Wisata yang awalnya dibangun sebagai sarana untuk mendukung kegiatan budaya Bali, seperti pameran dan pertunjukan seni. Meskipun dibangun dengan mengikuti aturan arsitektur tradisional Bali untuk menciptakan keserasian dengan Pura Samuan Tiga, sayangnya, sebagian bangunan telah mengalami kerusakan dan tidak dapat difungsikan.
Pohon besar pura samuan tiga
Di sebelah barat pura, terdapat lapangan yang dahulu berfungsi sebagai kolam kuno, terbukti dengan ditemukannya balok-balok batu yang tersusun rapi sepanjang tepinya hingga ke pekarangan rumah penduduk. Sedangkan di sebelah timur pura, mengalir sungai kecil yang oleh masyarakat setempat disebut Tukad Jurang, merupakan campuhan atau percampuran dari air Tukad Pande dan Tukad Tegending.

Di sekitar pura, tumbuh pohon-pohon besar seperti beringin dan pule, yang memberikan suasana teduh dan kesejukan. Pohon-pohon tersebut bagaikan penjaga yang setia mengelilingi Pura Samuan Tiga, menambahkan aura keangkeran dan kelestarian bagi pura ini.

Penutup

Dengan sejarah yang kaya dan perannya yang besar dalam memelihara persatuan di Bali, Pura Samuan Tiga tetap menjadi salah satu penjaga keutuhan budaya dan spiritualitas di pulau ini. Melalui struktur dan keberadaannya, pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol dari semangat toleransi dan persatuan yang telah terjalin di Bali sejak zaman dahulu.

Sebagai pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, Pura Samuan Tiga terus memancarkan pesona dan daya tariknya bagi para pengunjung dari dalam dan luar negeri. Keberadaannya mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keharmonisan dalam perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dalam keberagaman. Dengan demikian, Pura Samuan Tiga tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya Bali yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.
Posting Komentar

Posting Komentar