UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Mantram Puja Trisandya: Memahami Sejarah, Makna Serta Arti dan Terjemahan

Puja Trisandya: Sejarah, Makna dan Terjemahan
Puja Trisandya, sebuah upacara sakral yang mengalir dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu di Bali, mengandung makna yang dalam mengenai hubungan antara manusia dan Sang Hyang Widhi Wasa. Ritual ini merupakan perjalanan spiritual yang membawa individu melalui proses penyucian diri. Di balik setiap mantra yang disuarakan, terkandung harapan akan kesucian batin dan kedamaian jiwa.

Puja Trisandya berperan sebagai jendela bagi umat Hindu untuk merenungkan keagungan alam semesta dan mengalami kehadiran Ilahi dalam setiap momen kehidupan mereka. Dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan, ritual ini mengajarkan nilai-nilai syukur, ketundukan, dan pengabdian kepada Tuhan, serta membangun harmoni dengan alam dan sesama manusia.

Pengertian Puja Trisandya

Pengertian Puja Trisandya
Puja Trisandya, yang berasal dari bahasa Sanskerta "त्रिसन्ध्या पूज"​ (Trisandya Puja), jika dilihat dari segi kata, terdiri dari dua suku kata yaitu "Puja" dan "Trisandya". "Puja" berarti penghormatan atau pemujaan, sedangkan "Trisandya" terdiri dari "Tri" yang artinya tiga, dan "Sandhya" atau "Sandhi" yang artinya hubungan. Jadi, secara harfiah, Puja Trisandya berarti melakukan penghormatan atau pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa sebanyak tiga kali dalam satu hari. Pengucapan mantram Puja Trisandya dilakukan tiga kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari.

Tiga Waktu Tri Sandhya yaitu, Pagi hari ketika matahari terbit pukul 06:00, disebut "Brahma Muhurta" dengan tujuan menguatkan "guna Sattvam" untuk menempuh kehidupan dari pagi hingga siang hari. Siang hari, pukul 12:00, sembahyang bertujuan untuk mengendalikan "guna Rajas" agar tidak menjurus ke hal-hal negatif. Sore hari pukul 18:00, sebelum matahari tenggelam, sembahyang bertujuan untuk mengendalikan "guna Tamas", yaitu sifat-sifat bodoh dan malas.

Dengan demikian, Puja Trisandya bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, serta menciptakan keharmonisan dan keseimbangan baik dengan sesama makhluk maupun dengan alam semesta. Ini menjadikan Puja Trisandya sebagai praktik keagamaan yang penting bagi umat Hindu, tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai sarana untuk mencapai kesucian dan keseimbangan spiritual.

Sejarah dan Penyusun Puja Trisandya

Puja Trisandya memiliki sejarah yang kaya dan penting, dengan penyusunnya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap praktik keagamaan Hindu di Bali. Salah satu tokoh utama dalam penyusunan Puja Trisandya adalah Pandit Shastri, seorang terpelajar Hindu asal India yang dikirim ke Bali pada tahun 1950-an. Tugasnya adalah untuk menjaga dan memperkuat budaya Hindu di Bali dengan mengajar Catur Weda dan Upanisad.

Pandit Shastri tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga berperan penting dalam menyusun Puja Trisandya. Bersama dengan tokoh lokal seperti I Gusti Bagus Sugriwa, mereka menciptakan rangkaian doa dan mantra yang kemudian menjadi bagian integral dari ritual keagamaan Hindu di Bali.

Selain itu, Ida Pedanda Made Putra Tembau adalah salah satu pelantun utama Puja Trisandya. Perannya sebagai pelantun menjadi sangat penting karena ia menjadi penghubung antara penyusun dan umat Hindu Bali dalam melaksanakan ritual ini dengan penuh kekhusyukan dan kesakralan.

Mantram Trisandya memiliki tiga bait, dan bait pertama diambil dari Gayatri Mantram yang berasal dari Weda. Gayatri Mantram dianggap sakral dalam kepercayaan Hindu karena mengandung kekuatan spiritual. 

Sejarah Puja Trisandya mencerminkan kolaborasi yang erat antara budaya Hindu yang berasal dari India dan kearifan lokal Bali. Melalui proses kolaboratif ini, Puja Trisandya tidak hanya menjadi simbol keagamaan, tetapi juga warisan budaya yang bernilai tinggi bagi masyarakat Hindu di Bali.

Mantram dan Pelaksanaan Puja Trisandya

Mantram dan Pelaksanaan Puja Trisandya
Dalam pelaksanaan Puja Trisandya, umat Hindu diperbolehkan untuk bersembahyang dengan duduk bersila, duduk bersimpuh, atau berdiri tegak sesuai dengan ketersediaan tempat dan kenyamanan masing-masing. Sikap duduk bersila dikenal sebagai Padmasana, sementara sikap duduk bersimpuh disebut Bajrasana, dan yang berdiri tegak disebut Padasana
Sikap Amustikarana Matrisandhya
Sikap tangan yang digunakan saat bersembahyang disebut sikap amustikarana. Mata diarahkan ke ujung hidung sementara pikiran difokuskan kepada Sanghyang Widhi. Dalam kondisi ini, bayu (nafas), sabda (badan), dan idep (pikiran) harus berada dalam keadaan seimbang.

Teks Mantram dan Terjemahan

Sebelum melakukan persembahyangan dengan Puja Trisandya didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Berikut pelaksanaan Puja Trisandya beserta urutannya:
PRANAYAMA

Duduk dengan tenang, lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram:

"Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmala ya namah swaha"

"Om ang namah"
"Om ung namah"
"Om mang namah"

Artinya:
Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu telah duduk tenang, suci dan tiada noda.
KARASUDANA

Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air, kalau tidak ada ambil bunga dan gosokan pada kedua telapak tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:

"Om suddha mam swaha
Om ati suddha mam swaha"

Artinya:
Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga penngertiannya untuk membersihkan kedua tangan).
BAIT I

"Om bhur bhuvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayat"


Artinya:
Om adalah bhur bhuvah svah, Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Sanghyang Widhi, Semoga Ia memberikan semangat pikiran kita.
BAIT II

"Om Narayana evedwam sarvam
yad bhutam yac ca bhavyam
niskalanko niranjano nirvikalpo
nirakhyatah suddho deva eko
Narayana na dvitiyo asti kascit"


Artinya:
Om Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa narayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.
BAIT III

"Om tvam siwah tvam mahadevah
Iswarah paramesvarah
brahma visnusca rudrasca
purusah parikirititah"


Artinya:
Om Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan Purusa.
BAIT IV

"Om papo'ham papakarmaham
papatma papasambhavah
trahi mam pundarikaksa
sabahyabhyantarah sucih"


Artinya:
Om hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Sanghyang Widhi, sucikanlan jiwa dan raga hamba.
BAIT V

"Om ksamasva mam mahadeva
sarvaprani hitankara
mam moca sarva papebhya
palayasva sada siva"


Artinya:
Om ampunilah hamba Sanghyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah oh Sang Hyang Widhi.
BAIT VI

"Om ksantavyah kayiko dosah
ksantavyo vaciko mama
ksantavyo manaso dosah
tat pramadat ksamasva mam"


Artinya:
Om ampunilah dosa anggota perbuatan hamba, ampunilah dosa perkataan hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kesalahan hamba.

"Om Santih, Santih, Santih Om"

Artinya:
Om Damai, Damai, Damai, Om.

Download Mantram Puja Trisandya

Anda dapat mendownload file mp3 Mantram Puja Trisandya agar bisa didengarkan secara offline dimanapun dan kapanpun tanpa koneksi internet. Selain itu, Anda bisa menggunakan pujatrisandya.mp3 sebagai nada alarm yang diatur 3x sehari pada pagi, siang, dan sore, mengikuti waktu puja trisandya.

Download Pujatrisandya.mp3

Manfaat dari Mantram Puja Trisandya

Manfaat dari Mantram Puja Trisandya
Ritual Puja Trisandya tidak hanya merupakan serangkaian tindakan keagamaan, tetapi juga membawa manfaat yang dalam bagi umat Hindu di Bali. Pertama-tama, ritual ini memiliki peran yang signifikan dalam proses penyucian diri. Melalui doa, mantra, dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, umat Hindu berusaha membersihkan pikiran dan jiwa dari sifat-sifat negatif, menciptakan ruang untuk pertumbuhan spiritual dan kebijaksanaan.

Tak hanya itu, Puja Trisandya juga berperan sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan. Proses tiga kali persembahan setiap harinya mengajarkan pentingnya menyelaraskan diri dengan siklus alam dan keberadaan Tuhan. Dengan menciptakan keseimbangan ini, umat Hindu dapat merasakan kedamaian dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Selain itu, Puja Trisandya juga memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat umat Hindu. Saat melaksanakan Puja Trisandya bersama-sama, mereka berbagi momen keagamaan yang dalam, yang memperkuat solidaritas dan persatuan di antara mereka. Hal ini menciptakan rasa kebersamaan yang kuat dalam menjalankan nilai-nilai keagamaan dan moral.

Puja Trisandya bukan sekadar upacara keagamaan, tetapi merupakan perjalanan spiritual yang memberikan manfaat dalam bentuk penyucian, pencarian keseimbangan, dan penguatan komunitas, membentuk dasar untuk kehidupan yang lebih bermakna bagi umat Hindu di Bali.

Penutup

Puja Trisandya tidak hanya berfungsi sebagai ritual sarana sembahyang, tetapi juga sebagai cerminan dari nilai-nilai kehidupan Hindu seperti kesederhanaan, ketaatan, dan keseimbangan dengan alam. Praktik ini mengajarkan umat Hindu untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan kesadaran spiritual yang mendalam, menciptakan harmoni antara dimensi spiritual dan material.

Ritual Puja Trisandya bukan sekadar serangkaian tindakan formal, melainkan merupakan sebuah perjalanan spiritual yang membimbing umat Hindu untuk merenung, mengkontemplasi, dan memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan. Dalam melafalkan mantra-mantra ini, umat Hindu berharap untuk memperoleh hikmah, berkat, dan perlindungan dalam menjalani kehidupan mereka.

Dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, Puja Trisandya tidak hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik keagamaan umat Hindu, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya yang memperkaya dan memperkuat identitas spiritual masyarakat Hindu di Indonesia. Praktik ini memegang peranan penting dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai keagamaan serta budaya kepada generasi mendatang.

Refrensi :
  • Pustaka Manikgeni. (2011). Doa Sehari-Hari: Menurut Hindu. Penerbit Pustaka Manikgeni.
  • Ida Pandita Mpu Jaya Wijaya. (2010). Doa Sehari-Hari Keluarga Dan Masyarakat Hindu. Penerbit Paramita Surabaya.
  • http://www.babadbali.com/canangsari/trisandhya-utuh.htm
Posting Komentar

Posting Komentar