UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Tumpek Kandang: Makna dan Tujuan Tumpek Uye Sebagai Hari Kasih Sayang Kepada Binatang

Tumpek Kandang: Makna dan Tujuan Tumpek Uye Sebagai Hari Kasih Sayang Kepada Binatang
Tumpek Kandang, yang juga dikenal sebagai Tumpek Uye, adalah salah satu tradisi penting dalam agama Hindu di Bali. Perayaan ini dilaksanakan setiap enam bulan sekali pada Sabtu Kliwon Wuku Uye, sesuai dengan perhitungan kalender Bali. Di antara sekian banyak hari raya Hindu di Bali, Tumpek Kandang menonjol sebagai hari khusus untuk memuja keagungan Tuhan Yang Maha Esa melalui penghormatan dan pemeliharaan atas ciptaan-Nya, yaitu binatang ternak atau peliharaan.

Pengertian Tumpek Kandang

Tumpek Kandang adalah upacara selamatan yang ditujukan untuk binatang-binatang, baik yang digunakan dalam upacara persembahan maupun sebagai hewan peliharaan. Hakekat dari perayaan ini adalah untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, yang dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Pasupati yang disebut Rare Angon, penggembala makhluk. Dalam hal ini, yang dipuja adalah Tuhan Yang Maha Esa, bukan binatang itu sendiri, begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan, senjata-senjata, gamelan, dan segala hal lain yang dipersembahkan dalam upacara tersebut.

Tumpek Kandang bukanlah sebuah ritual untuk menyembah binatang atau benda-benda materi, tetapi merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta dan pengakuan atas peran penting binatang dan ciptaan-Nya dalam kehidupan manusia. Perayaan ini mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berasal dari Tuhan dan layak untuk dihormati dan dijaga dengan baik.

Tujuan Tumpek Kandang

Tujuan Tumpek Kandang
Kenapa harus ada upacara untuk para binatang? Mungkin ada yang pernah bertanya dalam hati demikian. Sesungguhnya inilah ajaran Hindu yang mengajarkan cinta kasih yang besar kepada seluruh ciptaan Tuhan, dan yang mengajarkan sifat untuk menghargai tak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada binatang, tumbuhan, dan seluruh ciptaan-Nya. Dalam ajaran Hindu terdapat amanat untuk menjaga keharmonisan hidup dengan semua makhluk dan alam semesta. Selain itu, umat Hindu meyakini bahwa semua makhluk memiliki jiwa yang berasal dari Ida Sang Hyang Widhi.

Dalam Lontar Sarasamuscaya, juga sudah diingatkan tentang hal ini dengan kutipan berikut:
Ayuwa tan masih ring sarwa prani, apan prani ngaran prana.
Artinya: "Jangan tidak sayang kepada binatang, karena binatang atau makhluk adalah kekuatan alam."

Jika kita mencoba memahami kutipan tersebut, dapat diartikan bahwa umat hendaknya mengembangkan kasih sayang kepada semua makhluk. Khusus pada perayaan Tumpek Kandang, umat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa Pasupati agar hewan peliharaannya diberkati kerahayuan. Sebab, hewan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Misalnya, sapi atau kerbau bagi para petani memiliki peran yang sangat besar dalam membantu aktivitas agrarisnya.

Sebagai hewan yang ditakdirkan sebagai ubuan tunu seperti ayam, itik, babi, dan sebagainya, mereka sering dijadikan sumber protein untuk menunjang kehidupan manusia. Untuk kepentingan itu, hewan ternak memang terus dikembangkan. Namun, khusus hewan-hewan yang lain, terutama satwa langka, umat mesti melestarikannya seperti penyu hijau, burung jalak Bali, menjangan, kera, dan sebagainya. Hewan-hewan langka tersebut mesti dijaga agar tidak sampai mengalami kepunahan.

Makna Tumpek Kandang

Tumpek Kandang memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan spiritual dan ekologi umat Hindu Bali. Melalui perayaan ini, umat diajak untuk selalu mengingat dan menghargai peran penting hewan dalam ekosistem dan kehidupan sehari-hari. Penghormatan terhadap hewan tidak hanya mencerminkan rasa syukur, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga keseimbangan alam.

Perayaan ini mengingatkan umat bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan memiliki nilai dan peran masing-masing dalam kehidupan. Hewan-hewan yang diberkati selama upacara Tumpek Kandang adalah simbol dari keragaman ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Upacara ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh semena-mena terhadap alam dan makhluk hidup lainnya, melainkan harus hidup berdampingan dengan harmonis.

Banten dan Saran Tumpek Kandang

Banten dan Saran Tumpek Kandang
Untuk sarana pada Tumpek Kandang, bebanten yang dipersembahkan berbeda-beda sesuai dengan jenis atau golongan binatang yang diberkati. Berikut adalah jenis-jenis bebanten yang digunakan untuk masing-masing kategori binatang:

1. Sapi, Kerbau, Gajah, Kuda, dan Sejenisnya:
  • Tumpeng Tetebasan
  • Panyeneng
  • Sesayut
  • Canang Raka

2. Babi dan Sejenisnya
  • Tumpeng
  • Canang Raka
  • Penyeneng
  • Ketipat
  • Belayag

3. Unggas (Ayam, Itik, Burung, Angsa, dll.):
  • Bermacam-macam ketupat sesuai dengan nama unggas tersebut
  • Penyeneng
  • Tetebus
  • Kembang Payas

Di sanggah atau merajan, dilakukan pemujaan dan pengastawa kepada Sang Rare Angon, yaitu dewa ternak. Persembahan yang diberikan di tempat suci ini meliputi:
  • Suci
  • Peras
  • Daksina
  • Penyeneng
  • Canang Lenga Wangi
  • Burat Wangi
  • Pesucian

Penutup

Tumpek Kandang adalah salah satu tradisi yang menggambarkan kedalaman ajaran Hindu Bali dalam menghormati dan merawat semua ciptaan Tuhan. Melalui upacara ini, umat Hindu diingatkan akan tanggung jawab mereka untuk menjaga keseimbangan alam dan memelihara hubungan harmonis dengan semua makhluk hidup. Penghormatan terhadap binatang dan ciptaan lainnya bukan hanya sebuah ritual, tetapi merupakan wujud cinta kasih dan rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Tumpek Kandang, umat Hindu Bali tidak hanya memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Tuhan, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekosistem. Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga dan menghargai segala bentuk kehidupan, sebagai bagian dari kewajiban moral dan spiritual manusia.
Posting Komentar

Posting Komentar